Kamis, Desember 11, 2008

Pengalaman Cinta
Sudah sekitar tiga bulan ini, hati senantiasa diliputi sebuah rasa yang membingungkan sekaligus membahagiakan. Rasa selalu ingin bertemu, ingin bersama, bermanja, menatap, menyentuh, melindungi sebuah nama yang kemudian berubah menjadi sebuah panggilan kasih sayang. Mungkin ini yang namanya rasa cinta berbuah rasa rindu, membahagiakan dan membingungkan.
Bagaimana tidak membingungkan. Saya merasa sebagai seorang yang sangat rasional, terlebih untuk masalah uang. Semua pengeluaran berusaha saya perhitungkan sebelumnya, sehingga oleh sebagian orang saya dianggap pelit.
Tetapi demi rasa itu, uang berubah wujud menjadi pulsa-pulsa telepon dalam hitungan menit. 'Hanya' karena ingin mendengarkan sebuah suara, untuk memastikan sebuah suara, untuk memastkan sebuah keadaan, demi memuaskan sebuah rasa : rindu!
Saya merasa cukup rasionalis dalam menggunakan waktu. Sebagian orang bilang saya terlalu sibuk sehingga sangat sulit untuk dilacak keberadaannya. Tetapi semua berubah begitu saja ketika saya harus menghabiskan waktu lebih dari lima jam perjalanan pergi dan lima jam perjalanan pulang -- dan membatalkan banyak acara penting -- 'hanya' untuk melihat seraut wajah, menyentuh jemari, dan mencium aroma khas tubuh seorang manusia.
Saya merasa sudah cukup logis untuk menentukan apa dan siapa yang layak dicintai, sehingga sebagian orang menyatakan saya tidak punya perasaan. Tetapi semua berubah ketika saya mengingatnya, berdekatan dengannya, dan bertindak untuknya. Logika ternyata tak berfungsi disini. Logikaku mati!. Namun, seperti sudah dikatakan diawal bahwa semua bentuk kehilangan logika itu (yang artinya kebingungan) berbuah hal yang juga tak bisa dilogikakan sama sekali: BAHAGIA!.
Ada apa?!
Ya.. sudah sekitar tiga bulan ini, ADA SEORANG WANITA YANG BERSEDIA MEMBERIKAN CINTANYA PADAKU. Sebuah karunia yang harus aku syukuri. IA MEMBERIKAN CINTA ITU SETELAH MELALUI PROSESI DILAMAR DAN dilangsungkan ijab qabul. Namun sayang kami belum mampu mengadakan sebuah prosesi membagi kebahagiaan cinta ini kepada pihak lain melalui prosesi pesta, kami baru bisa membagi kebahagiaan cinta ini dengan pemberitahuan dan cerita-cerita panjang. Wanita inilah yang berubah namanya dari `sekedar` sebuah nama menjadi panggilan kasih sayang.
Kami sudah berdiskusi dan memiliki beberapa jenis nama panggilan yang berubah-ubah tapi tetap dengan karakter penuh cinta. Tiap panggilan ini memiliki padanan masing-masing. Bila saya memanggilnya ADEK maka dia memanggil saya UDO (bahasa Lampung, artinya kakak laki-laki). Dia punya panggilan khas buat saya POOH'S FOOD (anda akan paham artinya bila anda mengenal film atau tokoh kartun winnie the pooh) dan saya membalasnya dengan memanggilnya PERMAISURI KECIL (orangnya memang lebih kecil dari saya). Baru kemarin dia buat panggilan baru buat kami AYAH & BUNDA.
Anda tahu... dia lebih sering melarang saya pergi mengunjunginya karena dia tidak ingin melihat dan mendengar saya sakit akibat kelelahan. Namun demi memenuhi rasa rindu saya, maka dia rela berjam-jam dalam perjalanan ke tempat saya berada meskipun dia tahu bahwa ketika dia sampai ke tempat saya, dia akan sering saya tinggal pergi karena aktivitas saya yang sedikit padat itu. Toh dia tetap terus datang. Dan untuk semua ini, saya hanya bisa berkata : "Terima kasih Tuhan!".
Saya selalu memanggilnya dengan sebutan kekasihku-pacarku. Memang seperti itulah pola hubungan yang kami bangun saat ini. Kami masih tinggal di kota yang berbeda sehingga biasanya kami bertemu seminggu sekali. Itu artinya kami juga masih sering saling menelepon, mengirim surat, sms bahkan email.
Pola hubungan ini yang membuat saya akhirnya membuat sebuah pernyataan yang dianggap kontroversial ketika orang tidak memahami konteks pernyataan tersebut : pacaran itu halal. Bagi saya, saat ini proses yang sedang kami lakukan adalah pacaran, status "permaisuri kecilku" adalah pacar yang sah. pacaran itu menjadi halal manakala peristiwa akad nikah telah berlangsung.
Bila peristiwa itu telah berlangsung maka pacaran dalam semua bentuk dan maknanya menjadi sebuah kehalalan, bukankah itu sebuah KARUNIA YANG TAK ternilai harganya. maka jika anda ingin pacaran, segeralah menikah! Dalam masa-masa pacaran ini, kami cukup sering berjalan-jalan ke berbagai tempat yang dianggap cukup romantis atau cukup layak untuk sekedar berdiam berdua sambil menikmati keindahan alam dan keindahan rasa hati karena saling berdekatan.
Dua hari setelah menikah (sehari dalam perjalanan dan sehari di rumah orang tua masing-masing), saya harus langsung berpisah dengan permaisuri kecilku. Waktu akan berpisah saya berfikir perpisahan itu adalah hal yang sangat mudah saja untuk dihadapi, toh selama inipun saya tak pernah bersamanya dan tak ada masalah yang timbul. Semua berjalan normal-normal saja.
Namun, begitu perpisahan terjadi... tiba-tiba ada rasa rindu yang teramat sangat (begitu juga sebaliknya) yang membuat kami rela menukarkan uang kami yang tak seberapa banyak dengan pulsa-pulsa telepon demi mendengarkan sebuah suara, demi memuaskan rasa rindu, subhanallah. Hari-hari selanjutnya dipenuhi dengan rasa ingin bertemu dan aplikasinya berupa pertemuan-pertemuan yang sebelumnya tak pernah terfikirkan. Terlintas dalam benakku pertanyaan yang sangat bodoh : Apa Ini?! Kebingungan terus melanda diriku sampai saya memutuskan sebuah jawaban yang singkat : INI CINTA!.
Pertanyaan yang selanjutnya muncul dalam benakku : dari mana datangnya cinta ini ? Lama saya tak berani memberi sebuah jawabanpun atas pertanyaan terakhir. Sampai akhirnya saya berani berkata : DARI ALLAH!
Ya, bagi saya cinta ini datangnya dari allah karena sebelumnya rasa ini masih hampa. sebelumnya, saya menikah karena saya mencintai allah saja. saya hanya mengerjakan apa yang allah perintahkan buat saya. saya kerjakan sebagai bukti cinta pada allah.
Tetapi ternyata allah mengaruniai cinta lainnya. Ia tumbuhkan dengan sangat cepat (semoga selamanya) RASA cinta diantara kami berdua, SUBHANALLAH!. Menjelang pernikahan, jika calon permaisuri kecilku waktu itu bertanya: "CINTAKAH KAU PADAKU?" maka saya tak pernah berani menjawab dengan pasti, saya hanya berani berkata : "AKU AKAN BERUSAHA MENCINTAIMU, BANTU AKU!".Kemudian saya menanamkan dalam hati saya sebuah tekad bahwa SAYA harus mencintai permaisuri kecilku karena sekarang saya telah menikah dengannya. lalu saya berdo'a agar allah mengaruniakan cinta diantara kami.
Permintaan ditumbuhkan rasa cinta itu juga merupakan salah satu do'a yang saya panjatkan ketika akad nikah baru saja dilangsungkan dan kami berdua sedang dalam kamar untuk menunaikan shalat sunah dua rakaat serta berdo'a di atas keningnya. Selain do'a untuk mendapatkan ridha-Nya tentu saja. Peristiwa ini menjelaskan tentang KUASA ALLAH ATAS HATI MANUSIA. Sekaligus menjelaskan mengapa orang-orang tua jaman dahulu tetap mampu saling mencintai dan membangun rumah tangga mereka meskipun umumnya mereka menikah karena `terpaksa` sebagai akibat perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka. saya hanya bisa berkata, mungkin, cinta bisa diciptakan asalkan terpenuhi tiga syarat : niat/tekad, usaha dan do'a/kehendak tuhan.
Saya menulis ini sebagai upaya untuk mengingat kembali peristiwa selama sekitar tiga bulan setelah saya menikah. Upaya untuk menuliskan rasa yang mungkin selama ini belum sempat tersampaikan. Upaya untuk berbagi kebahagiaan cinta melalui ceritera.
Melalui tulisan ini saya hanya ingin berkata pada PERMAISURI KECILKU : I LOVE YOU, INSYA' ALLAH. Melalui tulisan ini saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang merasa saya sepelekan karena tak ada pemberitahuan sebelumnya dan sekaligus mengumumkan bahwa saya telah menikah. Melalui tulisan ini saya ingin menceriterakan keindahan pernikahan, agar berkurang keraguan dari hati anda untuk segera menikah dan menambah keyakinan anda akan kuasa allah atas hati manusia. terakhir, saya hanya ingin berkata: maha suci allah, segala puji hanya untuknya!

0 Comments:

Post a Comment