Kamis, Desember 11, 2008

Kasih Tak Sampai
Sahabatku rahimakumullah...
Sebagaimana Ia (Allah) menghadirkanmu ke dunia ini dengan rasa cinta, melalui perantara seorang ummi yang penuh kasih, karena itulah...rasa yang begitu kuat terpatri di Qalbumu adalah rasa cinta (ingin dicinta dan mencinta)...
Kita tumbuh laksana tunas pohon kecil yang mengeluarkan dedaunannya dan ketika kuncupnya menyembul... Bersama itu pula timbul hasrat dihatimu untuk mencari pasangan hidup, teman berbagi suka duka di alam ini..
Cinta merupakan karunia Ilahi.., hadirnya tanpa diundang..., tiba-tiba kita sadari ia kuat tertanam laksana akar pohon yang rindang
Sahabatku rahimakumullah
Kurasakan getar Qalbumu manakala kau bercerita penuh harap kepadanya. Ia laksana kilau permata yang penuh cahya dimatamu Mencintainya ibarat kuncup bunga di Qalbumu Yang siap untuk mekar dengan keharumannya yang memikat Namun ternyata Jangankan mekar yang kau dapat Kuncup itu layu sebelum berkembang Manakala kau sadari Dia tak pernah mencintaimu!, tak pernah menaruh hati padamu!!, tak pernah menginginkanmu!!! Tak pernah !!!
Kekecewaanmu kau tumpahkan dalam sebuah syair lagu (walau hanya kau yang tahu...) Lirih perlahan mengalun
-------
"Kau bagaikan telaga yang jernih
Yang sejuk airnya serta menyegarkan
Ditumbuhi pepohonan rindang Disekelilingmu
Kau sadari akan seseorang
Yang mencintaimu Setulus hatinya
Dan kau beri satu pengertian
tentang sebuah cinta yang tak kesampaian
Kau hargai satu cinta kasih
Kau buktikan tanpa menghinanya
Walau seringkali kau acuhkan dia yang menyayangimu
Kau berarti baginya Kharisma didirimu Dambaan hatinya"
-------
Aduhai gerangan sungguh beruntung yang mendapatkan cintamu Dan ketika kau kutanya kenapa? Dengan ungkapan pilu engkaupun berkata:
"Entahlah Akupun tidak tahu. Namun yang terpenting Dari sekian banyak manusia, dari sekian banyak insan dunia Bagiku...Dialah yang terindah...terbaik..., dan paling mempesona...!" Pancarannya begitu tajam menghunjam!! Sungguh tak 'kan ada yang bisa menggantikannya Walau dicari di belahan bumi manapun, tetaplah dia orangnya!!!
Aduhai...gerangan...perih nian yang kau rasa... Kalau begitu baiklah... Kan kuajak dirimu terbang ke sebuah tempat yang bernama "Negeri kesunyian" Kenapa ??? Karna engkau butuh kesendirian untuk mengobati luka hatimu...
Kita tlah sampai... Tak ada seorangpun yang akan mendengar perbincangan kita... (Listen to me please!!! Dengarkanlah aku baik-baik sahabatku...!!!)
Sahabat... Tahukah engkau? Manakala engkau telah merasa mencintai seseorang... Itu sama artinya engkau t'lah menghamba padanya?...
Sadarkah dirimu? Manakala engkau tahu ia tidak mencintaimu ... Itu artinya ia menunjuk pada kekuranganmu?...
Tidak terfikirkah olehmu? Jika yang kau harap saja tidak bisa mencintaimu... Apalagi Yang Menciptakannya???!!!...
Astafirughlaahul 'aziim...
Astafirughlaahul 'aziim...
Astafirughlaahul 'aziim...
(Ucapmu seraya menjerit tertahan... titik-titik embun menggenang di kelopak matamu...mengalir perlahan...membasahi pipi...) Mengangislah...kalau itu yang membuat hatimu tenang...
Sahabat... Aku bersyukur kepada Allah kau sadari kini kekhilafanmu... Bahwa ter-amat sulit untuk menggapai Cinta_Nya bisa engkau pelajari dari makhluk_Nya yang bernama manusia... Karena itu...Perbaikilah segala sesuatu yang ada padamu... Bangkitlah untuk menjadi yang terbaik...
Sahabat... Sesungguhnya yang ada padamu sudah ter-amat sempurna... Rupa wajahmu adalah yang terindah yang kau miliki... Namun?sinarannya belum terlihat... Masih pudar dan perlu dibersihkan... Dimana letaknya tersimpan di dasar yang paling dalam... Sulit terjangkau?Itulah Qalbu (hati) mu... Jika sinarnya telah mendekati kesempurnaan... Kilaunya akan memancar ke luar... Itulah namanya kecantikan/ ketampanan hakiki...
Sesungguhnya... Seseorang mencintaimu tidaklah melihat dari kecantikan (ketampanan) atau kekayaanmu... Tetapi ia melihat pancaran yang ada pada Qalbumu... Kenapa? Karena kecantikan/ ketampanan akan sirna bersama berlalunya waktu... Kekayaan akan lesap bersama perputaran roda kehidupan... Sedangkan pancaran Qalbu akan senantiasa abadi bersama ridha Ilahi kepadamu...
Namun satu hal yang harus kau ingat! Tak selamanya cinta itu berati memiliki... Ibarat Qalbumu...yang bebas bergerak tanpa bisa kau cegah... Kenapa? Karena ia hidup sebagaimana arus air yang mengalir... Engkau saja tak dapat memiliki hatimu, apalagi kepunyaan orang lain? Yang berhak memilikinya adalah Allah...
Wahai sahabat... Bukankah sesuatu yang kau sulit mendapatkannya sulit pula kau lepaskan? Demikianlah seseorang itu di hatimu... Bukankah Kasih tak sampai benteng dirimu untuk senantiasa menjaga kesucianmu? Terutama Qalbumu...(Yang senantiasa wajib kau jaga kesuciannya)..(Silahkan buka kembali lembaran artikel "Kekasih Sejati" dan "Kemana Akan Dicari Gantinya???" di bawah ini).
Karena itulah... "Kasih Tak Sampai" merupakan cermin bagimu ... untuk mengerti arti Cinta Sejati yang sesungguhnya...
Sesungguhnya Cinta dijadikan Allah indah di dalam Qalbumu... Keindahannya akan kau temukan manakala kau dapatkan hatimu mencintai Allah... Tak ada makhluk yang sempurna di muka bumi ini kecuali diri_Nya...
Karena itu... Laa tahzaan wa laa takhaaf (Janganlah sedih dan janganlah takut...) Innallaaha ma'ana (Sesungguhnya Allah bersama kamu...) Betapa dengan sayang_Nya Ia berkata:
"Thayyibaa tu litthayyibiina watthayyibuuna litthayyibaati" Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An Nur 24:26)
Wallaziina aamanuu asyaddu hubban-lillah Orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah. (QS. Al Baqarah 2:165)
Yuhibbuhum wa yuribbuu nahuu Dia (Allah) mencintai mereka dan mereka mencintai_Nya. (QS. Al Maidah 5:54)

MACAM ORANG
SEMPETIN BACA de, ampe selesai….
Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang suka menyepelekan
waktu sholatnya,
seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan
Nabi Sulaiman A.S.
Maka sempatkanlah bagimu untuk beribadah… dan
bersegeralah!
Siapakah orang yang manis senyumannya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah
orang yang ketika ditimpa musibah,
lalu dia berucap “Inna lillahi wainna illaihi rajiuun.”
Kemudian berkata,”Ya Rabbi, Aku ridho dengan
ketentuanMu ini”, sambil mengukir senyuman.
Maka berbaik hatilah dan bersabar…
Siapakah orang yang kaya ?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan
apa yang ada,
dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara
ini.
Maka bersyukurlah atas nikmat yang kau terima dan
berbagilah…
Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan
nikmat yang ada,
selalu menumpuk-numpukkan harta.
Maka janganlah kau menjadi kikir juga dengki…
Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia
pertengahan,
namun masih berat untuk melakukan ibadah dan
amal-amal kebaikan.
Maka hargailah waktumu dan bersegeralah…
Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai
akhlak yang baik.
Maka peliharalah akhlakmu dari dosa dan noda…
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah
orang yang mati membawa amal-amal kebaikan,
dimana kuburnya akan diluaskan sejauh mata
memandang.
Maka beramal shalehlah selagi sempat dan mampu…
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit ?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah
orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikan,
lalu kuburnya menghimpitnya.
Maka ingatlah akan kematian dan kehidupan setelah
dunia…
Siapakah orang yang mempunyai akal ?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang
menghuni surga kelak,
karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk
menghindari siksa neraka.
Maka peliharalah akal sehatmu dan pergunakan
semaksimal mungkin
untuk mengharap ridho-Nya…
Siapakah org yg pelit ?
Orang yg pelit ialah org yg membiarkan atau membuang
email ini begitu saja,
malah dia tidak akan menyampaikan kepada org lain.
Maka sampaikanlah kepada yang lain sedikit berita
gembira ini selagi sempat,
karena tiada ruginya bagimu…
Perhatian !
Jika Anda tidak menyampaikan kepada lima/sepuluh/dua puluh
teman Anda dalam lima hari,
maka…tidak akan berpengaruh apa2
kepada Anda. Anda tidak akan dipecat dari pekerjaan Anda,
anda tidak akan mengalami kesialan, dll
Jika Anda kirimkan email ini, pun…
Anda tidak akan tiba2 menjadi kaya
dalam lima atau sepuluh hari kemudian .
Tetapi .Insya Allah Anda akan mendapat balasan dari
Allah SWT,
karena sedikit banyak telah mengingatkan saudara
Anda yang lain tentang kebaikan… watawwa shoubilhaqi…
Amin ya robbal alamin…

Kemenangan Do’a
Sosoknya amat sederhana. Tinggi rata-rata, berat rata-rata, penampilan rata-rata, kulit sawo matang layaknya orang Jawa, bahkan lebih hitam karena setiap hari terpanggang matahari, di atas lautan lagi. Prestasi rata-rata, aktifitasnya pun biasa saja. Jelas bukan selebritis, bahkan di tingkat RT sekalipun. Dia hanyalah seorang hamba Allah sederhana, yang mencoba menjalani hidup untuk berbakti kepada TuhanNya dengan jalan amat sederhana: beribadah makhdhah dengan baik, bekerja dengan baik, berbakti kepada ibu bapak serta menjalin silaturahmi dengan baik kepada saudara seiman, saudara sedarah, dan sesama manusia.
Dia, pemuda kampung dari wilayah Karesidenan Surakarta yang telah berjuang merenda hidup di Jakarta empat tahun ini. Sama seperti saya, gadis kampung dari selatan kota Solo yang tengah mencoba memaknai hidup di ibukota sepuluh tahun terakhir. Dia pernah menjadi murid sebuah SMU negeri di Solo, sebagaimana saya pun pernah menimba ilmu di salah satu SMU negeri yang lain di Solo juga. Dia adalah sepupu dari teman kuliah dan teman kos saya beberapa tahun lalu, namun saya dan dia tak pernah saling bertemu sebelumnya.
Memandanginya, sungguh hanya satu rasa yang terungkap di hati saya: Betapa Allah Maha Besar dan Maha Berkehendak. Memandanginya, tak lain dan tak bukan hanya menumbuhkan pengakuan dan ketertundukan saya atas Kuasa Kehendak Allah yang berpadu dengan Kemenangan Doa. Bagaimana tidak? Dua setengah bulan yang lalu, saya masih -sama sekali- tidak mengenalnya. Bukan hanya sekedar tidak mengenal, bahkan terbayang pun tidak. Terlintas di benak pun tidak tentang orang seperti dia. Karena saya dan dia hidup dalam dunia yang teramat berbeda. Amat sangat berbeda malah. Tak satu pun hal yang saling beririsan di antara kami berdua: baik pekerjaan, pendidikan, maupun aktitifitas sosial & organisasi.
Maka sungguh kehadirannya yang begitu tiba-tiba dan dari arah tak disangka-sangka sempat membuat saya limbung dan tak mengerti. Saya nyaris tak siap menerima kejutan seperti ini. Saya ingin menutup mata dan telinga saja atas kehadirannya. Saya bahkan sempat menolaknya. Bahwa proses kemudian akhirnya tersambung kembali dan berakhir dengan status suami istri bagi kami berdua, itu semua adalah semata karena Kebesaran Allah SWT.
Memandanginya, selalu mengingatkan saya atas dialog dengan ibu, wanita luar biasa yang selalu saya kagumi, lebih dari dua tahun lalu. Dialog yang saya rekam dalam sebuah catatan berjudul “Menjadi Ibu“ dan kemudian terpublikasi dalam buku pertama saya, Pagi Ini Aku Cantik Sekali terbitan PT Syaamil Cipta Media, 2003. Dalam buku tersebut masih tertera nyata paragraf-paragraf itu:
[Suatu hari, ibu saya berkata, ”Nduk, ibu selalu berdo’a dan meminta pada Allah tiap habis sholat, semoga kamu mendapat jodoh yang sholeh dan sepadan denganmu. Dan ibu juga minta, semoga jodohmu orang dekat sini saja, agar kalau ibu pengin menengok kalian, ibu tak harus jauh-jauh ke Jakarta. Agar ibu cukup dibonceng bapak, karena ibu pasti mabok kalau naik bis atau mobil”.
“Ah, ibu yang realistis dong. Saya kan sudah tujuh tahun tinggal di Jakarta. Darimana jalannya saya mendapat jodoh orang sini?” jawab saya.
Ibu saya menjawab kalem, ”Lho, jodoh itu khan urusan Alloh. Kita hamba-Nya boleh minta apa saja. Kalau Alloh menghendaki, ora kurang jalaran (tidak kurang sebab)”.]
Maka kini, memandangi laki-laki yang memiliki predikat baru sebagai suami saya itu, hanya menumbuhkan takjub yang tak henti melantun mengiringi tasbih. Takjub atas begitu mudah dan tak terduga Allah menjadikan semuanya. Takjub atas pengabulan doa ibu yang begitu tiba-tiba setelah sekian tahun berlalu. Takjub atas jalan yang ditempuh ibu saya untuk mendapatkan einginan hatinya: Doa yang tiada henti kepada Sang Pencipta, tanpa bosan, bertahun-tahun lamanya.
Beberapa waktu lalu, sesaat sebelum saya resmi menjadi istri laki-laki ini, Ibu bercerita kepada saya, bahwa sesungguhnya selama ini selalu ada rasa berat di hati Ibu saat saya mengajukan calon orang jauh, apalagi dari pulau seberang. Tapi Ibu tak pernah mengungkapkan ketidakrelaannya pada saya. Ibu memilih menyampaikan langsung keinginannya pada Dia Sang Maha Pencipta melalui doa yang tak pernah putus.
Pengakuan itu membuat saya terpana. Tak dapat berkata apa-apa. Karena, sungguh, ibu saya memang bukanlah tipe orang tua dengan banyak standar dan kriteria untuk calon menantunya. Ibu adalah sosok sederhana yang menerima setiap manusia lain dengan sederhana. Tak pernah Ibu meminta saya syarat macam-macam apalagi memaksakan kehendak dengan pemberian kriteria tentang calon menantu harus begini atau begitu. Tak pernah ibu menolak calon-calon yang saya ajukan. Bahkan selama ini, Ibu yang selalu mendorong saya untuk menerima setiap lamaran.
Tujuh tahun berlalu sejak saya berusia 23 tahun dan selama itu pula telah datang berbagai sosok silih berganti. Dari segi suku, ibu tak pernah mempermasalahkan ketika yang datang bersuku Padang, Sulawesi, Betawi, Sunda ataupun Jawa sendiri dengan berbagai kota di pelosoknya. Dari sisi pekerjaan, ibu juga tidak pernah mempermasalahkan meski ia hanya seorang satpam, pekerja bangunan atau guru TPA saja, sedang di waktu yang lain pernah datang seorang eksekutif muda, dosen maupun wira usahawan. Dari sisi pendidikan ibu juga tak keberatan meski calon yang saya ajukan hanya lulusan SMA padahal pernah datang kandidat doktor dan sarjana dari perguruan tinggi paling bergengsi di negeri ini. Sedang masalah rizki, ibu hanya selalu berkata: Allah yang akan mengaturnya. Masalah tempat hidup, ibu bilang, semua tempat di dunia ini adalah bumi Allah saja. Hanya satu yang ibu gariskan: ia hendaklah pemuda shaleh dan bertanggungjawab. Tak lebih.
Hanya saja, selama tujuh tahun itu, saya harus berulangkali tertunduk ketika realitas berkata lain: cinta dan kerinduan saya tak jua menemui muaranya. Berulang kali, proses menuju nikah yang saya jalani berakhir di tengah jalan dengan sebab yang kadang tak saya mengerti. Berulang kali, perjalanan cinta saya harus berakhir dengan senyum getir, bahkan beberapa di antaranya menyisakan luka, hati yang berkeping, menyerpih dan berdarah-darah. Berulangkali, sepanjang tujuh tahun itu saya merunduk dan menghiba: Allah, di manakah ia teman mengarungi hidup itu?
Dan dia, laki-laki sederhana itu datang, saat perasaan tak lagi dapat dijadikan panduan. Saat realitas tak lagi dalam jangkauan pikiran. Dia datang di puncak kegalauan saya. Dia datang dibatas ketidakmengertian saya atas garis kehidupan. Dia datang, saat komitmen yang telah empat bulan saya bangun dengan sosok sederhana lain, lagi-lagi membentur sebuah kenyataan: ketidakyakinan, ketidaknyamanan dan ketidakridhoan dari banyak pihak jika proses kami diteruskan. Maka apakah lagi yang dapat saya lakukan selain luruh di hadapanNya? Menghela sebuah kepasrahan, menyerahkan semua takdir pada Dia Sang Maha Pencipta.
Maka terpilihlah oleh nurani, laki-laki ini. Dia yang datang sepenuh keyakinan. Dia yang datang membawa perbekalan sederhana: kesiapan pribadi dan restu orangtuanya. Dia yang datang bagai pangeran berkuda hitam: tegak, kokoh, teguh menatap ke depan tanpa gamang.
“Engkau sudah istikharah?” begitu tanya saya waktu itu.
“Sudah” jawabnya mantap. “Keputusanmu untuk memilihku final?”
“Final!”
“Yakin?”
“Yakin sekali”
“Mengapa memilihku?”
“Satu, karena engkau kupercaya merupakan muslimah berakhlak baik dari karesidenan Surakarta. Kedua, karena engkau insyaAllah tepat untukku. Engkau adalah perempuan tangguh yang kupercaya sanggup hidup bersama seseorang yang bekerja di atas lautan sepertiku. Aku percaya engkau akan dapat menjaga kehormatan suami saat ditinggal pergi dengan menjaga kehormatan diri dan harta suaminya.”
Kata-katanya membuatku tertegun-tegun. Allah, ini untuk pertama kalinya Engkau mempertemukanku dengan sesosok laki-laki yang memilihku bukan karena alasan ‘menginginkanku’, ‘keunggulanku’, ‘sebentuk emosi jiwa yang telah bersemi’, pun juga bukan karena ‘terserah kepada guru semata’ atau ‘tidak ada pilihan lain’. Ia datang dengan alasan mencari pasangan yang tepat, namun dengan kriteria amat sangat sederhana. Seperti yang dikatakan Anis Matta dalam bukunya “Sebelum Engkau Mengambil Keputusan Besar Itu”, bahwa seseorang semestinya mencari pasangan yang tepat untuk dirinya, bukan seseorang yang semata dikaguminya atau sosok unggul yang diinginkannya, yang disukainya, namun juga bukan sekedar mencari pasangan seadanya.
Maka ya Allah, ketika dia hadir begitu tiba-tiba, apalagi yang dapat kulakukan selain tunduk di hadapanMu? Selain pengakuan atas kebesaranMu dan ke-Maha kehendakanMu? Maka apalagi yang dapat kuungkap selain tasbih dan tahmid, serta takbir dan tahlil atas pengabulanMu pada doa panjang yang selalu dipanjatkan ibu saya bertahun-tahun lamanya?
Inilah laki-laki itu. Belahan jiwaku. Maka ya Allah, bantu saya menjaga amanahMu. Beri pertolongan padaku untuk menetapi mitsaqon ghalidza dan qaulan syadiidan yang telah kuikrarkan kepadanya, sosok yang hadir sebagai bukti perpaduan antara kehendakMu dan kemenangan doa Ibu. Bimbing saya untuk berbakti pada laki-laki yang membebankan amanah kepercayaan besar di pundakku, dan kini kupanggil: Suamiku! Kamal Fikri namanya.

LEBIH HEBAT DARI BERZINA
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.
Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Sanksi meninggalkan Shalat
Rasulullah SAW. bersabda, "Barangsiapa menjaga shalat, niscaya di muliakan oleh Allah dengan lima kemuliaan" :
1. Allah menghilangkan kesempitan hidupnya
2. Allah hilangkan siksa kubur darinya
3. Allah akan memberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanannya
4. Dia akan melewati jembatan (Shirat) bagaikan kilat
5. Akan masuk syurga tanpa hisab
Dan barangsiapa yang menyepelekan shalat, niscaya Allah akan mengazabnya dengan lima belas siksaan ; enam siksa di dunia, tiga siksaan ketika mati, tiga siksaan ketika masuk liang kubur dan tiga siksaan ketika bertemu dengan Tuhannya (akhirat).
Adapun siksa di dunia adalah :
1. Dicabut keberkahan umurnya
2. Dihapus tanda orang saleh dari wajahnya
3. Setiap amal yang dikerjakan, tidak diberi pahala oleh Allah
4. Tidak diterima do'anya
5. Tidak termasuk bagian dari do'anya orang-orang saleh
6. Keluar ruhnya (mati) tanpa membawa iman
Adapun siksa ketika akan mati :
1. Mati dalam keadaan hina
2. Mati dalam keadaan lapar
3. Mati dalam keadaan haus, yang seandainya diberikan semua air laut tidak akan menghilangkan rasa hausnya
Adapun siksa kubur :
1. Allah menyempitkan liang kuburnya sehingga bersilang tulang rusuknya
2. Tubuhnya dipanggang di atas bara api siang dan malam
3. Dalam kuburnya terdapat ular yang bernama Suja'ul Aqro' yang akan menerkamnya karena menyia-nyiakan shalat. Ular itu akan menyiksanya, yang lamanya sesuai dengan waktu shalat
Adapun siksa yang menimpanya waktu bertemu dengan Tuhan:
1. Apabila langit telah terbuka, maka malaikat datang kepadanya dengan membawa rantai. Panjang rantai tsb. tujuh hasta. Rantai itu digantungkan ke leher orang tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu malaikat mengumumkan : 'Ini adalah balasan orang yang menyepelekan perintah Allah'. Ibnu Abbas r.a berkata, 'seandainya lingkaran rantai itu jatuh ke bumi pasti dapat membakar bumi'.
2. Allah tidak memandangnya dengan pandangan kasih sayang-Nya Allah tidak mensucikannya dan baginya siksa yang pedih.
3. Menjadi hitam pada hari kiamat wajah orang yang meninggalkan shalat, dan sesungguhnya dalam neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut "Lam-lam". Di dalamnya terdapat banyak ular, setiap ular itu sebesar leher unta, panjangnya sepanjang perjalanan sebulan. Ular itu menyengat orang yang meninggalkan shalat sampai mendidih bisanya dalam tubuh orang itu selama tujuh puluh tahun kemudian membusuk dagingnya.
------------------
(Risalah As Sayyid Ahmad Dahlan) Hafidz Al Mundziri, terjemah kitab At Targhiib wat Tarhiib, hal 32

Usia ayah telah mencapai 70 tahun, namun tubuhnya masih kuat. Dia mampu mengendarai sepeda ke pasar yang jauhnya lebih kurang 2 kilometer untuk belanja keperluan sehari-hari. Sejak meninggalnya ibu pada 6 tahun lalu, ayah sendirian di kampung. Oleh karena itu kami kakak-beradik 5 orang bergiliran menjenguknya.
Kami semua sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari kampung halaman di Teluk Intan. Sebagai anak sulung, saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Setiap kali saya menjenguknya, setiap kali itulah istri saya mengajaknya tinggal bersama kami di Kuala Lumpur.
"Nggak usah. lain kali saja.!"jawab ayah. Jawaban itu yang selalu diberikan kepada kami saat mengajaknya pindah. Kadang-kadang ayah mengalah dan mau menginap bersama kami, namun 2 hari kemudian dia minta diantar balik. Ada-ada saja alasannya.
Suatu hari Januari lalu, ayah mau ikut saya ke Kuala Lumpur. Kebetulan sekolah masih libur, maka anak-anak saya sering bermain dan bersenda-gurau dengan kakek mereka. Memasuki hari ketiga, ia mulai minta pulang. Seperti biasa, ada-ada saja alasan yang diberikannya. "Saya sibuk, ayah. tak boleh ambil cuti. Tunggulah sebentar lagi. akhir minggu ini saya akan antar ayah," balas saya. Anak-anak saya ikut membujuk kakek mereka. "Biarlah ayah pulang sendiri jika kamu sibuk. Tolong belikan tiket bus saja yah." katanya yang membuat saya bertambah kesal. Memang ayah pernah berkali-kali pulang naik bus sendirian.
"Nggak usah saja yah." bujuk saya saat makan malam. Ayah diam dan lalu masuk ke kamar bersama cucu-cucunya. Esok paginya saat saya hendak berangkat ke kantor, ayah sekali lagi minta saya untuk membelikannya tiket bus. "Ayah ini benar-benar nggak mau mengerti yah. saya sedang sibuk, sibuuukkkk!!!" balas saya terus keluar menghidupkan mobil.
Saya tinggalkan ayah terdiam di muka pintu. Sedih hati saya melihat mukanya. Di dalam mobil, istri saya lalu berkata, "Mengapa bersikap kasar kepada ayah? Bicaralah baik-baik! Kasihan khan dia.!" Saya terus membisu.
Sebelum istri saya turun setibanya di kantor, dia berpesan agar saya penuhi permintaan ayah. "Jangan lupa, Pa.. belikan tiket buat ayah," katanya singkat. Di kantor saya termenung cukup lama. Lalu saya meminta ijin untuk keluar kantor membeli tiket bus buat ayah.
Pk. 11.00 pagi saya tiba di rumah dan minta ayah untuk bersiap. "Bus berangkat pk. 14.00," kata saya singkat. Saya memang saat itu bersikap agak kasar karena didorong rasa marah akibat sikap keras kepala ayah. Ayah tanpa banyak bicara lalu segera berbenah. Dia masukkan baju-bajunya kedalam tas dan kami berangkat. Selama dalam perjalanan, kami tak berbicara sepatah kata pun.
Saat itu ayah tahu bahwa saya sedang marah. Ia pun enggan menyapa saya.! Setibanya di stasiun, saya lalu mengantarnya ke bus. Setelah itu saya Pamit dan terus turun dari bus. Ayah tidak mau melihat saya, matanya memandang keluar jendela. Setelah bus berangkat, saya lalu kembali ke mobil. Saat melewati halaman stasiun, saya melihat tumpukan kue pisang di atas meja dagangan dekat stasiun. Langkah saya lalu terhenti dan teringat ayah yang sangat menyukai kue itu. Setiap kali ia pulang ke kampung, ia selalu minta dibelikan kue itu. Tapi hari itu ayah tidak minta apa pun.
Saya lalu segera pulang. Tiba di rumah, perasaan menjadi tak menentu. Ingat pekerjaan di kantor, ingat ayah yang sedang dalam perjalanan, ingat Istri yang berada di kantornya. Malam itu sekali lagi saya mempertahankan ego saya saat istri meminta saya menelpon ayah di kampung seperti yang biasa saya lakukan setiap kali ayah pulang dengan bus. Malam berikutnya, istri bertanya lagi apakah ayah sudah saya hubungi. "Nggak mungkin belum tiba," jawab saya sambil meninggikan suara.
Dini hari itu, saya menerima telepon dari rumah sakit Teluk Intan. "Ayah sudah tiada." kata sepupu saya disana. "Beliau meninggal 5 menit yang lalu setelah mengalami sesak nafas saat Maghrib tadi." Ia lalu meminta saya agar segera pulang. Saya lalu jatuh terduduk di lantai dengan gagang telepon masih di tangan. Istri lalu segera datang dan bertanya, "Ada apa, bang?" Saya hanya menggeleng-geleng dan setelah agak lama baru bisa berkata, "Ayah sudah tiada!!"
Setibanya di kampung, saya tak henti-hentinya menangis. Barulah saat Itu saya sadar betapa berharganya seorang ayah dalam hidup ini. Kue pisang, kata-kata saya kepada ayah, sikapnya sewaktu di rumah, kata-kata istri mengenai ayah silih berganti menyerbu pikiran.
Hanya Tuhan yang tahu betapa luluhnya hati saya jika teringat hal itu. Saya sangat merasa kehilangan ayah yang pernah menjadi tempat saya mencurahkan perasaan, seorang teman yang sangat pengertian dan ayah yang sangat mengerti akan anak-anaknya. Mengapa saya tidak dapat merasakan perasaan seorang tua yang merindukan belaian kasih sayang anak-anaknya sebelum meninggalkannya buat selama-lamanya.
Sekarang 5 tahun telah berlalu. Setiap kali pulang ke kampung, hati saya bagai terobek-robek saat memandang nisan di atas pusara ayah. Saya tidak dapat menahan air mata jika teringat semua peristiwa pada saat-saat akhir saya bersamanya. Saya merasa sangat bersalah dan tidak dapat memaafkan diri ini.
Benar kata orang, kalau hendak berbakti sebaiknya sewaktu ayah dan ibu masih hidup. Jika sudah tiada, menangis airmata darah sekalipun tidak berarti lagi.
Kepada pembaca yang masih memiliki orangtua, jagalah perasaan mereka.
Kasihilah mereka sebagaimana mereka merawat kita sewaktu kecil dulu.
----
Ndhie
ndhi.salim (at) gmail.com

Pengalaman Cinta
Sudah sekitar tiga bulan ini, hati senantiasa diliputi sebuah rasa yang membingungkan sekaligus membahagiakan. Rasa selalu ingin bertemu, ingin bersama, bermanja, menatap, menyentuh, melindungi sebuah nama yang kemudian berubah menjadi sebuah panggilan kasih sayang. Mungkin ini yang namanya rasa cinta berbuah rasa rindu, membahagiakan dan membingungkan.
Bagaimana tidak membingungkan. Saya merasa sebagai seorang yang sangat rasional, terlebih untuk masalah uang. Semua pengeluaran berusaha saya perhitungkan sebelumnya, sehingga oleh sebagian orang saya dianggap pelit.
Tetapi demi rasa itu, uang berubah wujud menjadi pulsa-pulsa telepon dalam hitungan menit. 'Hanya' karena ingin mendengarkan sebuah suara, untuk memastikan sebuah suara, untuk memastkan sebuah keadaan, demi memuaskan sebuah rasa : rindu!
Saya merasa cukup rasionalis dalam menggunakan waktu. Sebagian orang bilang saya terlalu sibuk sehingga sangat sulit untuk dilacak keberadaannya. Tetapi semua berubah begitu saja ketika saya harus menghabiskan waktu lebih dari lima jam perjalanan pergi dan lima jam perjalanan pulang -- dan membatalkan banyak acara penting -- 'hanya' untuk melihat seraut wajah, menyentuh jemari, dan mencium aroma khas tubuh seorang manusia.
Saya merasa sudah cukup logis untuk menentukan apa dan siapa yang layak dicintai, sehingga sebagian orang menyatakan saya tidak punya perasaan. Tetapi semua berubah ketika saya mengingatnya, berdekatan dengannya, dan bertindak untuknya. Logika ternyata tak berfungsi disini. Logikaku mati!. Namun, seperti sudah dikatakan diawal bahwa semua bentuk kehilangan logika itu (yang artinya kebingungan) berbuah hal yang juga tak bisa dilogikakan sama sekali: BAHAGIA!.
Ada apa?!
Ya.. sudah sekitar tiga bulan ini, ADA SEORANG WANITA YANG BERSEDIA MEMBERIKAN CINTANYA PADAKU. Sebuah karunia yang harus aku syukuri. IA MEMBERIKAN CINTA ITU SETELAH MELALUI PROSESI DILAMAR DAN dilangsungkan ijab qabul. Namun sayang kami belum mampu mengadakan sebuah prosesi membagi kebahagiaan cinta ini kepada pihak lain melalui prosesi pesta, kami baru bisa membagi kebahagiaan cinta ini dengan pemberitahuan dan cerita-cerita panjang. Wanita inilah yang berubah namanya dari `sekedar` sebuah nama menjadi panggilan kasih sayang.
Kami sudah berdiskusi dan memiliki beberapa jenis nama panggilan yang berubah-ubah tapi tetap dengan karakter penuh cinta. Tiap panggilan ini memiliki padanan masing-masing. Bila saya memanggilnya ADEK maka dia memanggil saya UDO (bahasa Lampung, artinya kakak laki-laki). Dia punya panggilan khas buat saya POOH'S FOOD (anda akan paham artinya bila anda mengenal film atau tokoh kartun winnie the pooh) dan saya membalasnya dengan memanggilnya PERMAISURI KECIL (orangnya memang lebih kecil dari saya). Baru kemarin dia buat panggilan baru buat kami AYAH & BUNDA.
Anda tahu... dia lebih sering melarang saya pergi mengunjunginya karena dia tidak ingin melihat dan mendengar saya sakit akibat kelelahan. Namun demi memenuhi rasa rindu saya, maka dia rela berjam-jam dalam perjalanan ke tempat saya berada meskipun dia tahu bahwa ketika dia sampai ke tempat saya, dia akan sering saya tinggal pergi karena aktivitas saya yang sedikit padat itu. Toh dia tetap terus datang. Dan untuk semua ini, saya hanya bisa berkata : "Terima kasih Tuhan!".
Saya selalu memanggilnya dengan sebutan kekasihku-pacarku. Memang seperti itulah pola hubungan yang kami bangun saat ini. Kami masih tinggal di kota yang berbeda sehingga biasanya kami bertemu seminggu sekali. Itu artinya kami juga masih sering saling menelepon, mengirim surat, sms bahkan email.
Pola hubungan ini yang membuat saya akhirnya membuat sebuah pernyataan yang dianggap kontroversial ketika orang tidak memahami konteks pernyataan tersebut : pacaran itu halal. Bagi saya, saat ini proses yang sedang kami lakukan adalah pacaran, status "permaisuri kecilku" adalah pacar yang sah. pacaran itu menjadi halal manakala peristiwa akad nikah telah berlangsung.
Bila peristiwa itu telah berlangsung maka pacaran dalam semua bentuk dan maknanya menjadi sebuah kehalalan, bukankah itu sebuah KARUNIA YANG TAK ternilai harganya. maka jika anda ingin pacaran, segeralah menikah! Dalam masa-masa pacaran ini, kami cukup sering berjalan-jalan ke berbagai tempat yang dianggap cukup romantis atau cukup layak untuk sekedar berdiam berdua sambil menikmati keindahan alam dan keindahan rasa hati karena saling berdekatan.
Dua hari setelah menikah (sehari dalam perjalanan dan sehari di rumah orang tua masing-masing), saya harus langsung berpisah dengan permaisuri kecilku. Waktu akan berpisah saya berfikir perpisahan itu adalah hal yang sangat mudah saja untuk dihadapi, toh selama inipun saya tak pernah bersamanya dan tak ada masalah yang timbul. Semua berjalan normal-normal saja.
Namun, begitu perpisahan terjadi... tiba-tiba ada rasa rindu yang teramat sangat (begitu juga sebaliknya) yang membuat kami rela menukarkan uang kami yang tak seberapa banyak dengan pulsa-pulsa telepon demi mendengarkan sebuah suara, demi memuaskan rasa rindu, subhanallah. Hari-hari selanjutnya dipenuhi dengan rasa ingin bertemu dan aplikasinya berupa pertemuan-pertemuan yang sebelumnya tak pernah terfikirkan. Terlintas dalam benakku pertanyaan yang sangat bodoh : Apa Ini?! Kebingungan terus melanda diriku sampai saya memutuskan sebuah jawaban yang singkat : INI CINTA!.
Pertanyaan yang selanjutnya muncul dalam benakku : dari mana datangnya cinta ini ? Lama saya tak berani memberi sebuah jawabanpun atas pertanyaan terakhir. Sampai akhirnya saya berani berkata : DARI ALLAH!
Ya, bagi saya cinta ini datangnya dari allah karena sebelumnya rasa ini masih hampa. sebelumnya, saya menikah karena saya mencintai allah saja. saya hanya mengerjakan apa yang allah perintahkan buat saya. saya kerjakan sebagai bukti cinta pada allah.
Tetapi ternyata allah mengaruniai cinta lainnya. Ia tumbuhkan dengan sangat cepat (semoga selamanya) RASA cinta diantara kami berdua, SUBHANALLAH!. Menjelang pernikahan, jika calon permaisuri kecilku waktu itu bertanya: "CINTAKAH KAU PADAKU?" maka saya tak pernah berani menjawab dengan pasti, saya hanya berani berkata : "AKU AKAN BERUSAHA MENCINTAIMU, BANTU AKU!".Kemudian saya menanamkan dalam hati saya sebuah tekad bahwa SAYA harus mencintai permaisuri kecilku karena sekarang saya telah menikah dengannya. lalu saya berdo'a agar allah mengaruniakan cinta diantara kami.
Permintaan ditumbuhkan rasa cinta itu juga merupakan salah satu do'a yang saya panjatkan ketika akad nikah baru saja dilangsungkan dan kami berdua sedang dalam kamar untuk menunaikan shalat sunah dua rakaat serta berdo'a di atas keningnya. Selain do'a untuk mendapatkan ridha-Nya tentu saja. Peristiwa ini menjelaskan tentang KUASA ALLAH ATAS HATI MANUSIA. Sekaligus menjelaskan mengapa orang-orang tua jaman dahulu tetap mampu saling mencintai dan membangun rumah tangga mereka meskipun umumnya mereka menikah karena `terpaksa` sebagai akibat perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka. saya hanya bisa berkata, mungkin, cinta bisa diciptakan asalkan terpenuhi tiga syarat : niat/tekad, usaha dan do'a/kehendak tuhan.
Saya menulis ini sebagai upaya untuk mengingat kembali peristiwa selama sekitar tiga bulan setelah saya menikah. Upaya untuk menuliskan rasa yang mungkin selama ini belum sempat tersampaikan. Upaya untuk berbagi kebahagiaan cinta melalui ceritera.
Melalui tulisan ini saya hanya ingin berkata pada PERMAISURI KECILKU : I LOVE YOU, INSYA' ALLAH. Melalui tulisan ini saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang merasa saya sepelekan karena tak ada pemberitahuan sebelumnya dan sekaligus mengumumkan bahwa saya telah menikah. Melalui tulisan ini saya ingin menceriterakan keindahan pernikahan, agar berkurang keraguan dari hati anda untuk segera menikah dan menambah keyakinan anda akan kuasa allah atas hati manusia. terakhir, saya hanya ingin berkata: maha suci allah, segala puji hanya untuknya!

;;